Sabtu, 24 April 2010

Aplikasi Wi-Fi Untuk Jaringan Wireless LAN

  1. WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN)

Teknologi wireless LAN telah semakin populer untuk beragam aplikasi. Setelah mengevaluasi teknologinya, banyak pemakai yakin akan reliabilitasnya, puas terhadap kinerjanya dan telah siap untuk menggunakannya bagi jaringan wireless skala besar dan kompleks.

Wireless LAN yang semula dirancang bagi aplikasi dalam kantor, saat ini dapat digunakan pada jaringan peer-to-peer ruang tertutup maupun aplikasi point-to-point dan point-to-multipoint luar ruang. Wireless dapat dirancang agar modular dan sangat fleksibel. Mereka juga dapat dioptimisasi untuk berbagai lingkungan. Sebagai contoh, hubungan point-to-point luar ruang relatif sulit dipengaruhi oleh interferensi dan dapat memiliki kinerja yang lebih tinggi bila perancang meningkatkan dwell time dan meniadakan mekanisme collision avoidance dan fragmentation.

Wireless LAN, menggunakan frekuensi radio sebagai sarana transmisinya, memungkinkan workstation dan peralatan portabel untuk mengakses jaringan. Sebuah WLAN terhubung kepada wired LAN yang telah ada, memperluas jaringan ke peralatan mobile computing yang ada. WLAN secara khusus sesuai bagi implementasi dalam bangunan gedung (ketika mobilitas diperlukan), pabrik, pusat kesehatan, atau kampus, dan mereka dapat diadaptasikan untuk implementasi dalam ruang dan ruang luar.

The Cell – blok pembangun dasar suatu WLAN – adalah area tempat terjadinya komunikasi wireless dengan jaringan. Area cakupan tergantung pada kekuatan sinyal dan karakteristik fisik lingkungan, misalnya ketebalan dinding. Laptop, PDA, dan workstation yang telah dilengkapi kemampuan wireless, kemudian dapat bergerak di dalam sel ini dengan akses ke jaringan seolah-olah mereka merupakan bagian Ethernet yang berkabel.Banyak sel dapat dibangun secara overlap yang memungkinkan perluasan cakupan. Pemakai kemudian dapat berhubungan dengan setiap sel tanpa ada interupsi aliran data.

Setiap sel wireless LAN memerlukan manajemen komunikasi dan lalu lintas. Hal ini dikoordinasikan oleh sebuah Access Point (AP) yang berkomunikasi dengan setiap stasiun wireless dalam area cakupannya. Stasiun-stasiun juga berkomunikasi satu sama lain melalui AP, sehingga stasiun komunikasi dapat bersembunyi dari yang lain. Dengan cara ini, AP berfungsi sebagai relay, memperluas daerah sistem.

AP juga berfungsi sebagai sebuah bridge antara stasiun-stasiun wireless dan wired network dan sel wireless yang lain. Menghubungkan AP ke backbone atau sel wireless lain dapat dilakukan dengan kabel atau dengan hubungan wireless yang lain, menggunakan wireless bridges. Jangkauan sistem dapat diperluas dengan meng-cascade beberapa sambungan wireless satu dengan yang lain.

WLAN memperluas jangkauan jaringan berkabel ¾ menyediakan konektivitas ke jaringan tersebut yang sebelumnya tidak ada. Ketika para pekerja, yang menggunakan klien mobile seperti laptop, PDA, atau workstation mobile dalam pabrik atau instalasi sementara, ingin berhubungan dengan server jaringan, wireless memungkinkan akses yang lancar ke Ethernet berkabel. Implementasi WLAN dapat pula digunakan dalam bangunan - bangunan yang menghadapi kendala perkabelan, seperti struktur sejarah, lantai ruang terbuka, atau bangunan dengan ruang tertutup (sealed room). Terdapat dua pilihan utama bagi WLAN ini yaitu sistem berdasarkan radio dan sistem berdasarkan sinar infra merah.

APLIKASI INDOOR

Aplikasi utama WLAN disebut dengan HotSpot, yaitu sebuah jaringan yang bisa melayani kebutuhan pengguna bergerak. Pengguna dengan perangkat mobile gadget seperti PDA, notebook bisa mengakses Internet di lokasi tertentu yang tersedia jaringan HotSpot WLAN. Semakin meluasnya perkembanganHotSpot telah mendorong terbentuknya bisnis model baru yang memungkinkan setiap provider melakukan kerjasama roaming bahkan hingga ke jaringan internasional, sebagaimana yang terjadi pada bisnis selular dengan memanfaatkan layanan otentikasi pelanggan dan clearing house semacam iPass.

Pengguna bisa mendaftar sebagai pelanggan tetap pada provider HotSpot, sehingga bisa mengakses dari lokasi manapun yang tersedia. Pilihan lain, menjadi pelanggan on demand, biasanya secara pre paid dengan membeli voucher akses Internet via HotSpot pada suatu lokasi dari provider tertentu untuk durasi waktu tertentu. Pelanggan on demand biasanya lebih bebas untuk memilih provider mana yang akan digunakan, karena suatu lokasi bisa saja tersedia beberapa HotSpot dari sejumlah provider yang berbeda.

Aplikasi lain adalah HotSpot di dalam jaringan internal perusahaan. Apabila pengguna di lingkungan perusahaan banyak yang menggunakan perangkat gadget mobile, maka diperlukan HotSpot pada beberapa lokasi strategis untuk melayani kebutuhan tersebut. Kebanyakan perangkat mobile saat ini sudah WiFi compliance, seperti misalnya notebook berbasis procesor Intel Centrino yang sudah built in dengan kemampuan WiFi. Apabila pengguna jenis ini masih tetap menggunakan kabel, maka mobilitasnya akan terhambat.

APLIKASI OUTDOOR

Di banyak negara berkembang (termasuk Indonesia) yang sangat terbatas ketersediaan infrastruktur telekomunikasinya, teknologi WLAN dengan kreatifitas tertentu banyak dijadikan sebagai alternatif akses last mile. Perangkat WiFi pada umumnya memiliki konektor yang bisa disambungkan dengan antena eksternal yang memiliki gain lebih tinggi. Dengan kombinasi ini, sebuah jaringan WLAN yang semula hanya bisa menjangkau area sampai radius 100 – 200 meter, kini bisa diperluas menjadi 3 – 5 km.

Aplikasi outdoor ini meskipun menimbulkan konsekuensi biaya tambahan seperti untuk pembelian antena eksternal, jasa instalasi dan tiang atau tower penyangga namun secara umum masih sangat terjangkau oleh pelanggan pada umumnya. Untuk aplikasi pada area yang dekat (1 – 2 km) cukup banyak eksperimen serta produk asesoris lokal (seperti antenna) ditawarkan sehingga biaya bisa lebih di tekan sehingga makin menjangkau segmen pengguna yang lebih luas.

Berbagai kemudahan dan struktur biaya yang makin rendah, mampu mendorong tumbuhnya bisnis layanan jasa baru yang disebut dengan Wireless ISP (WISP), serta RT/RW Net. WISP menyelenggarakan layanannya dengan berbasis pada teknologi WLAN, baik itu di sisi backbone maupun distribusi last mile kepada pelanggannya. Pada umumnya diselenggarakan oleh pengusaha lokal dengan skala usaha menengah dengan kualitas layanan menengah. Pelanggan utama WISP biasanya adalah Warung Internet (WARNET) yang memang telah dikenal sebagai ujung tombak penetrasi Internet karena biaya yang relatif rendah.

Sementara RT/RW Net umumnya dikembangkan berdasarkan inisiatif komunitas di suatu lokasi pemukiman dan bersifat swadaya serta non komersial. Prinsipnya adalah berbagi pakai akses Internet secara massal untuk mereduksi biaya. Untuk last mile distribution, RT/RW Net juga mengandalkan teknologi WLAN dengan kombinasi produk eksperimentasi homebrew seperti antena dari kaleng susu dan modifikasi perangkat WiFi dengan port USB yang tergolong low end product.

Teknologi dan desain outdoor yang sama di Indonesia juga banyak dipergunakan untuk aplikasi jaringan internal perusahaan. Misalnya sebagai backbone antar gedung dalam satu area atau distribusi jaringan antar kantor cabang dalam satu kota maupun digunakan sebagai infrastruktur jaringan backup bagi aplikasi yang mission critical.

Dari segi aplikasi private, pengguna WLAN yang cukup menonjol dalam hal jumlah adalah komunitas pendidikan dan Pemerintah Daerah (Pemda). Pemanfaatan teknologi WLAN diyakini mampu mereduksi biaya rutin jaringan lokal close user group yang selama ini dilayani oleh operator telekomunikasi dengan beban charging berdasarkan durasi waktu atau flat bulanan hanya untuk sewa trunk atau pipa (media) akses saja. Dengan WLAN yang bebas lisensi dan biaya abonemen, dana operasional bisa dialihkan untuk meningkatkan kualitas content aplikasi E-Learning maupun E-Goverment


REFERENSI :

http://www.inet.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=5&Itemid=2

http://it-pku.net46.net/index.php?option=com_content&task=view&id=28ctrl+clicktofollowlink

Tidak ada komentar:

Posting Komentar